Badai Nargis meluluhlantakan 47 kota di Myanmar dan menewaskan sekitar 134.000 orang. Bencana alam ini disebut-sebut sebagai kedua terbesar di Asia Tenggara setelah bencana tsunami 2004. Sebagai negara tertutup yang dikekang diktator militer, saat itu Myanmar terlihat enggan membuka pintu bagi masuknya bantuan-bantuan kemanusiaan dari pihak luar, membuat banyak pihak cemas korban bencana akan melonjak menjadi jutaan karena kelaparan dan serangan penyakit. Para diplomat saat itu terpaksa harus terus mendesak rezim militer mempercepat pemberian bantuan kepada sekitar 2,4 juta korban yang selamat.
Kerusakan terparah terjadi di sekitar Delta Irrawaddy, wilayah kerusakan terbesar akibat bencana alam. Diperkirakan jumlah korban tewas mencapai 134 ribu jiwa. Dan para korban selamat tampaknya menghadapi masa depan yang lebih suram lagi. Bagi lebih dari satu juta orang tidak tersedia makanan dan penampungan. Mereka kehilangan mata pencaharian, padahal kawasan Delta disebut-sebut sebagai mangkuk nasinya Birma, karena menyalurkan 60% beras negara itu.
Tapi kini, 4,5 juta hektar sawah telah menjadi kolam lumpur. 47 ribu ternak mati tenggelam. Beberapa desa yang dulunya menampung 300 warga, musnah. Yang tinggal hanya beberapa korban selamat yang trauma. Beberapa pekan setelah bencana alam, jenazah-jenazah masih terlihat mengapung. Jenazah itu sudah menggembung dan menghitam.
Terdengar jawaban salah satu jenderal yang bertanggungjawab di wilayah itu, ketika ditanya tentang pembersihan tubuh-tubuh yang mengambang. Dia mengatakan: ’Tidak ada masalah, itu buat makanan ikan-ikan.’
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar